Rabu, 7 Desember 2011 | 13:14 WIB |
TEMANGGUNG (KRjogja.com)
- Gunung Sindoro yang menjadi pembatas kabupaten Temanggung dan
Wonosobo tercatat tekah 11 kali meletus sejak tahun 1806. Jarak antar
letusan antara satu hingga lebih dari setengah abad, dengan tingkat
aktifitas yang berbeda.
Petugas Pos Pemantau Gunung Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Sumaryanto mengatakan, berdasar catatan Gunung Sindoro kali pertama meletus pada 1806. Letusan ini pada kawah utama atau erupsi pada puncak gunung.
"Dua belas tahun kemudian, atau 1818, kawah utama kembali erupsi. Erupsi kali ini abu mengarah sampai ke pesisir Pekalongan," katanya di pos pemantauan, Rabu (7/12).
Setelah itu, gunung yang menurut peneliti gunung berapi dari Belanda PJ Veth diambil dari julukan yang tinggi yakni Sendoro itu, istirahat lama sekitar 64 tahun. Aktivitas kembali terjadi 1882 dan lalu meletus.
Namun letusan kali ini adalah letusan samping atau yang terjadi di gunung Kembang, dan sangat diragukan terjadinya lelehan lava. "Letusan pada gunung kembang ini, abunya sampai Kebumen," katanya.
Diterangkan Gunung Kembang berada di barat daya puncak utama Sindoro dengan ketinggian 2.339 meter dpl. Ada sekitar 4 gunung kecil atau dalam istilah kegunungapian disebut kerucut parasit di gunung Sindoro.
Kerucut ini masing-masing memiliki kawah, yang berinduk di dapur kawah utama dibawah gunung Sindoro. Keempatnya yakni gunung Kembang, Arum, Kekep dan Watu.
Disampaikan pada 1883 Sindoro menunjukkan peningkatan aktifitas dan 1887 meletus dikawah utama, yang kemudian tertidur 15 tahun. Tahun 1902 gunung ini kembali menunjukkan aktifitas dengan letusan freatik di kawah utama atau terbatas pada bualan-bualan lumpur dan batu secara tegak lurus. Lumpur yang terlempar jatuh kembali pada lubang letusan. "Tercatat letusan ini pada tanggal 1 hingga 25 Mei," katanya.
Pada 16 sampai 21 Oktober 1903 kembali ada erupsi dan kali ini terjadi pada rekahan kali Prupuk pada ketinggian antara 2856 -2980 meter dpl. Letusan yang besar pada 1906 yang terjadi 22 September hingga 20 Desember. Letusan terjadi di sebelah selatan Segoro wedi, yang berada di puncak gunung tersebut. Letusan ini membentuk kawah.
Setelah kejadian itu gunung tersebut praktis hanya melakukan peningkatan aktifitas yaitu pada 1908 dan 1910. Pada 1970 sebagai catatan terakhir letusan terjadi letusan fretik di kawah utama, setelahitu tidur hingga 2011 menunjukkan peningkatan kembali. (Osy)
Petugas Pos Pemantau Gunung Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Sumaryanto mengatakan, berdasar catatan Gunung Sindoro kali pertama meletus pada 1806. Letusan ini pada kawah utama atau erupsi pada puncak gunung.
"Dua belas tahun kemudian, atau 1818, kawah utama kembali erupsi. Erupsi kali ini abu mengarah sampai ke pesisir Pekalongan," katanya di pos pemantauan, Rabu (7/12).
Setelah itu, gunung yang menurut peneliti gunung berapi dari Belanda PJ Veth diambil dari julukan yang tinggi yakni Sendoro itu, istirahat lama sekitar 64 tahun. Aktivitas kembali terjadi 1882 dan lalu meletus.
Namun letusan kali ini adalah letusan samping atau yang terjadi di gunung Kembang, dan sangat diragukan terjadinya lelehan lava. "Letusan pada gunung kembang ini, abunya sampai Kebumen," katanya.
Diterangkan Gunung Kembang berada di barat daya puncak utama Sindoro dengan ketinggian 2.339 meter dpl. Ada sekitar 4 gunung kecil atau dalam istilah kegunungapian disebut kerucut parasit di gunung Sindoro.
Kerucut ini masing-masing memiliki kawah, yang berinduk di dapur kawah utama dibawah gunung Sindoro. Keempatnya yakni gunung Kembang, Arum, Kekep dan Watu.
Disampaikan pada 1883 Sindoro menunjukkan peningkatan aktifitas dan 1887 meletus dikawah utama, yang kemudian tertidur 15 tahun. Tahun 1902 gunung ini kembali menunjukkan aktifitas dengan letusan freatik di kawah utama atau terbatas pada bualan-bualan lumpur dan batu secara tegak lurus. Lumpur yang terlempar jatuh kembali pada lubang letusan. "Tercatat letusan ini pada tanggal 1 hingga 25 Mei," katanya.
Pada 16 sampai 21 Oktober 1903 kembali ada erupsi dan kali ini terjadi pada rekahan kali Prupuk pada ketinggian antara 2856 -2980 meter dpl. Letusan yang besar pada 1906 yang terjadi 22 September hingga 20 Desember. Letusan terjadi di sebelah selatan Segoro wedi, yang berada di puncak gunung tersebut. Letusan ini membentuk kawah.
Setelah kejadian itu gunung tersebut praktis hanya melakukan peningkatan aktifitas yaitu pada 1908 dan 1910. Pada 1970 sebagai catatan terakhir letusan terjadi letusan fretik di kawah utama, setelahitu tidur hingga 2011 menunjukkan peningkatan kembali. (Osy)
0 komentar:
Posting Komentar