Hurup jawa Hanacaraka
yang oleh pendukungnya di anggap memiliki nilai adi ‘luhung’ merupakan salah satu solusi alternative dalam
mempertahankan kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat jawa
pada khususnya.
Karateristik orang
jawa yang sopan, jujur,ramah tamah,baek hati,rajin,kolot,tradisional dan
percaya kepada takhayul maupun kekuatan gaib memiliki cara unik dalam
menghadapi dampak globalisasi tersebut, yaitu mengkaji pada nilai nilai luhur
yang tersembunyi di balik huruf HANACARAKA. Hal ini salah satu sebab ialah
tidak transparannya nenek moyang orang jawa dalam menyampaikan nasehat
,petunjuk tentang nilai nilai luhur kepada generasi penerus. Secara acak
penulis mengajak para pembaca untuk menafsirkan tentang misteri yang ada di
balik huruf HANACARAKA.
KEBAHASAAN
1.
Tanda baca
yang di sebut “ sandangan “ jawa, ternyata bahasa jawa lebih bervariasi bila di
bandingkan dengan dengan tanda baca yang di pergunakan oleh huruf Arab. Adapun
tanda tanda baca yang di pergunakan dalam tulisan jawa ialah :
·
Wulu untuk
bunyi Vokal “I”, contoh :
Adi
·
Suku untuk
bunyi Vokal “u”, contoh :
Buku
·
Pepet
untuk bunyi Vokal “e”, contoh
: Bejo
·
Taling
untuk bunyi Vokal “e”, contoh
: Telo
·
Taling
Tarung untuk bunyi Vokal “o”, contoh : Soto
·
Layar
untuk huruf mati “r”, contoh
: Layar
·
Cakra
untuk huruf “r” ditengah dua huruf, contoh
: Patra
·
Pangku
untuk kata kata mati, contoh :
Rotan
Bahkan
sering kita dapati tanda baca mati yang lain seperti dipasangi dan di panggul.
Dari tanda tanda baca yang dipergunakan dalam bahasa jawa dapat ditarik
kesimpulan bahkan menjadi pelajaran yang sangat berharga yaitu : “Bahwa orang jawa jika tidak berhati hati ia
akan mati atau celaka jika di pasangi jebakan, di pangku / di nina bobokin, di
panggul atau di sanjung secara berlebihan. Dan untuk itu semua orang jawa perlu
waspada.
2.
Keteraturan
lughowi HANACARAKA tersirat makna yang sangat dalam yang menunjukkan
: “ pada masa munculnya huruf jawa
di tanah jawa sudah ada masyarakat yang teratur. Sudah ada interaksi dagang ,
antara pedagang jawa dengan pedagang india. Bahkan kemungkinan besar pedagang
pedagang india itu akhirnya menetap di jawa menikahi orang jawa dan akhirnya
terjadilah apa yang di sebut dengan AKULTURASI budaya.
3.
Secara
Etimologi makna Hanacaraka , datasawala, pada jayanya, magabthanga, mengandung
arti : ada utusan, saling bertengkar, sama sama sakti dan arkhirnya meninggal
bersama sama.
KERATA BASA
Dari segi kerata basa secara samar dapat
ditarik beberapa aspek HA : hurup, hidup, kehidupan manusia merupakan pinjaman
semantara dari yang Maha Kuasa dan Akan kembali kepadaNya. NA : Gana, asal mula
embrio manusia dari unsure materi dan unsur hidup ( Al Maddah wa al hayat ).
Ketika usia dalam kandungan mencapai + 120 hari barulah Tuhan member Roh ,
sehingga menjadi manusia sempurna. NA : Nglegena , bugil. Setelah usia bayi
dalam kandungan berumur 9 bulan maka lahirlah bayi dalam keadaan nglegena/
tanpa pakaian.
CARAKA : KARSA
Sang bayi lalu di beri kemampuan cipta, rasa
dan karsa ( caraka ) dan dilengkapi dengan panca indera sebagai alat yang
paling penting untuk melaksanakan caraka ( karsa diatas ). Supaya budi pekerti
manusia menjadi baik maka manusia harus mampu menjaga keseimbangan 3 naluri
dasar yang di milikinya , yaitu :
a.
Daya ilmu
dan nalar
b.
Daya amarah
dan menyerang
c.
Daya
syahwat / hawa nafsu
Tujuan
membuat keseimbangan ketiga naluri dasar manusia diatas ialah agar manusia
menjadi bijaksana , siap menjaga diri/ mempertahankan harga diri dan menjadikan
manusia memiliki jiwa ksatria serta mampu menjaga kehormatan.
DATASAWALA
Tuhan tak pernah salah ( ndatan suwala ) serba
sempurna. Sedangkan manusia serba terbatas dan nisbi. Manusia dapat mendekat
dengan Tuhan apabila mampu meredam hawa napsunya, menjauhkan budi jahatnya,
mempertinggi sembahNya, memperkokoh budi luhurnya, mempertajam kesucian
bathinnya.
PADAJAYANYA
Intuisi untuk
dekat dengan Tuhan akan tercapai apabila manusia mampu menjaga kebugaran
jasmani? (Fitnes), Kejernihan piker (correcnes),dan menjaga kebersihan jiwa
(goodness).
MAGABATHANGA
Dan
apabila manusia tidak mampu menjaga harkat dan martabat sebagai makhluk
termulia dan hanya mengikuti godaan serta tarian hawa nafsu jasmaniah, maka ia
akan seperti hewan, mayat hidup dan akhirnya tinggalah bangkai yang tak ada
manfaatnya ( magabathanga ). Nilai nilai adiluhung yang di miliki Oleh
Hanacaraka antara lain bahwa betapa penting kehidupan manusia di dunia ini
apabila manusia mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan material dan
sepiritual, hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia,
manusia dengan lingkungan, serta pembinaan lahir dan bathin. Pembinaan jiwa dan
bathin manusia harus di arahkan kepada pembinaan budiluhur yang menekankan
sikap toleransi dan kebersamaan dalam pembentukan character dan national
building dan mampu bertahan dalam menghadapi dampak globalisasi dunia. Keberhasilan membangun kekuatan materi tanpa
disertai pembinaan budi luhur akan membawa kehancuran bangsa, karena tak mampu
menghadapi pengaruh globalisasi, modernisasi dan informasi technologi.
jadi tambah pengetahuan http://bulprin1.blogspot.co.id/
BalasHapusterimakasih