Rabu, 7 Desember 2011 | 20:57 WIB |
TEMANGGUNG (KRjogja.com) - Sebanyak 13 Desa di Kecamatan Bansari, Temanggung rawan terkena semburan asap sulfatara jika aktifitas kawah Julotunda dipuncak Gunung Sindoro semakin besar. Selain itu, bahaya juga menghinggapi sebagian desa di Kecamatan Kledung.
Di Kecmatan Bansari yang masuk dalam radius 6 Km adalah Desa Bansari dengan jumlah penduduk 4.686 jiwa, Gunungsari (1.472 jiwa), Tlogowero (1.031 jiwa), Balesari (2.333 jiwa), Mranggen Tengah (847 jiwa) dan Mranggen Kidul (1.288 jiwa). Jumlah keselurihan ada 11.639 jiwa.
Tetapi Camat Bansari, Temanggung, Singgih Purnomo mengatakan, jika terjadi bencana semburan asap sulfatara, 13 Desa yang terdapat di Kecamatan Bansari berpotensi terkena asap tersebut jika arah angin kebawah (arah timur). "Namun yang paling rawan enam desa itu, karena memiliki radius lebih dekat dibandingkan desa lain di kecamatan itu. Sedangkan 7 desa lain di kecamatan Bansari berada pada radius 10 Km," jelasnya di Temanggung, Rabu (7/12).
Sementara tujuh desa pad aradius 10 Km masing-masing Desa Candisari (3.433 jiwa), Gentingsari (1.222 jiwa), Purborejo (1.770 jiwa), Tanurejo (765 jiwa), Campuranom (1.578 jiwa) dan (2.249 jiwa). Jumlah penduduk keselurihan mencapai 11.017 jiwa.
Untuk Kecamatan Kledung yang masuk rawan bencana alam asap sulfatara adalah Desa Kledung (2.672 jiwa), Jeketro (1.247 jiwa), Tlahap (4.027 jiwa), Tuksari (3.888 jiwa), Kuwadungan Gunung (2.046 jiwa) dan Kuwadungan Jurang (1.263 jiwa). Jumlah penduduk keseluruhan 16.965 jiwa.
Bupati Temanggung, Hasyim Afandi bersama Dandim 0706 Letkol (Inf) Zainuddin saat meninjau di Pos Pengamatan Gunung Api Sindoro-Sumbing di Desa Gentingsari, Bansari, kemarin meminta kepada jajaran aparat pemerintah di Kecamatan Bansari agar memeriksa infrastruktur jalan dan balai desa di desa-Desa yang terhitung rawan.
"Kalau-kalau terjadi bencana, maka hal itu memudahkan jalur evakuasi bagi warga. Karena biasanya yang menjadi jujugan bila terjadi bencana adalah Balai Desa. Maka perlu dicek fasilitas-fasilitasnya," terang bupati.
Bupati menambahkan, bahwa bencana seperti itu tidak bisa diprediksi, dan datangnya seringkali tiba-tiba. Maka, perlu mengantisipasi sejak dini.
Sementara, Petugas Pos Pengamat Gunung Api Sindoro - Sumbing, Yuli Rahmatullah kembali mengatakan, pusat asap (sulfatar) berada di kawah Jolotundo, yang berada di bagian barat Puncak Gunung Sindoro.
"Lokasi kawah Jolotundo sebenarnya masuk wilayah Kabupaten Wonosobo," papar Rahmat sa,nil menambahkan, bahwa cukup sulit memprediksi arah arah asap, sebab arah angin Gunung juga tidak menentu.
Sementara peta evakuasi yang dibuat Danramil Parakan, Kpten Inf. Sugeng Purnomo menyebutkan, dari Desa Tlogowero-Mranggen Kidul-Balesari-Campuranom-Parakan ( Gedung Manunungga). Jalur evakuasi 2, dari Desa Mranggen Tengah-Mojosari-Parakan (Gedung Manunggal).
Jalur evakuasi 3 dimulai dari Desa Bansari - Gentingsari - Tanurejo - Mandurejo-Mandisari ( Bali Desa Mandesari) dan jalur evakuasi 4 dari Desa Candisari - Rejosari - Pueborejo -Klimbungan - Medari (kumpul di Bali Desa Medari).
Sementara itu, Pos Pengamat Gunung Api Sindoro-Sumbing di Gentingsari, Bansari kian banyak didatangi warga yang ingin tahu perkembangannya. "Saya ingin tahu perkembangan aktifitas Gunung sindoro disini, karena terpasang pencatat aktifitas gunung tersebut," ujar Sriono, warga Tlogowero, Bansari. (Mud)
0 komentar:
Posting Komentar