Perselisihan pendapat akibat perbedaan penafsiran dalam melaksanakan
Perjanjian Linggarjati menimbulkan konflik antara Indonesia dan
Belanda. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengeluarkan nota berupa
ultimatum yang harus dijawab pemerintah Indonesia dalam waktu 14 hari,
karena tidak mencapai kesepakatan terhadap nota tersebut maka pada
tanggal 21 Juli 1947, tengah Malam Belanda melancarkan serangan
keseluruh daerah republik Indonesia. Operasi yang di beri label “aksi
polisional” ini merupakan agresi yang dikenal dengan Agresi Militer
I. Pasukan-pasukan belanda
bergerak ke Jakarta dan Bandung untuk menguasai Jawa Barat, dan dari
Surabaya untuk menguasai Madura dan wilayah Jawa Timur, serta satu
pasukanlagi untuk memduduki Semarang. Di Sumatra pasukan Belanda
berusaha menguasai perkebunan-perkebunan disekitar Medan. Instalasi
minyak dan batubara di Palembang dan sekitarnya juga diserang dan
dikuasai. Pasuka TNI memutuskan mundur ke pedalaman sambil menjalankan
taktik bumi hangus dan taktik gerilia. Sistem wehrkreise diterapkan dengan menggantikan sistem pertahanan liner.
Dengan taktik itu, Belanda hanya mampu bergerak di kota-kota dan jalan raya. Sementara wilayah lainnya dikuasai sepenuhnya oleh TNI. Walaupun dengan kemampuan teknik sangat terbatas, TNI Angkatan Udara mulai berperan aktif dalam perang melawan Belanda. Dengan bermodalkan pesawat tua peninggalan Jepang, yang terdiri dari sebuah pesawat pengebom Guntai dan dua buah pesawat pemburu Cureng, dan penerbangan AURI terlibat dalam beberapa serangan udara terhadap Belanda. Pada tanggal 29 Juli 1947, ketiga pesawat yang berpangkalan di Maguwo Yogyakarta ini terlibat pertempuran di Ambarawa, Salatiga dan Semarang.
Beberapa gambar tentang Agresi Militer Belanda I:
AGRESI MILITER BELANDA II
Dengan taktik itu, Belanda hanya mampu bergerak di kota-kota dan jalan raya. Sementara wilayah lainnya dikuasai sepenuhnya oleh TNI. Walaupun dengan kemampuan teknik sangat terbatas, TNI Angkatan Udara mulai berperan aktif dalam perang melawan Belanda. Dengan bermodalkan pesawat tua peninggalan Jepang, yang terdiri dari sebuah pesawat pengebom Guntai dan dua buah pesawat pemburu Cureng, dan penerbangan AURI terlibat dalam beberapa serangan udara terhadap Belanda. Pada tanggal 29 Juli 1947, ketiga pesawat yang berpangkalan di Maguwo Yogyakarta ini terlibat pertempuran di Ambarawa, Salatiga dan Semarang.
Beberapa gambar tentang Agresi Militer Belanda I:



AGRESI MILITER BELANDA II
Situasi dalam negeri Indonesia yang
sedang memberantas PKI dimanfaatkan oleh Belanda. Pada tanggal 18
Desember 1948 malam, Dr Beel memberitahukan kepada delegasi RI dan
Komisi Tiga Negara (KTN) bahwa Belanda tidak lagi terikat dan tidak
mengakui perjanjian Renville. Keesokan harinya, Belanda melancarkan
agresi militer yang kedua kalinya. Sasaran Belanda langsung ditujukan
untuk menguasai ibu kota RI di Yogyakarta. Denagn taktik perang kilat,
Belanda juga menyerang wilayah RI lainnya. Serangan diawali dengan
terjunnya pasukan payung di Pangkalan Udara Maguwo (Adisucipto) dan
pengebomam beberapa tempat di Yogyakarta. Dalam
waktu singkat, pasukan Belanda berhasil menguasai Ibu kota RI.
Pimpinan tertinggi negara dan beberapa pejabat tinggi, seperti Presiden,
wakil presiden, kepala staf angkatan udara, dan beberapa pejabat
tinggi lainnya ditawan oleh Belanda. Presiden Sukarno diasingkan ke
Parapat (Sumatra Utara) kemudian ke Bangka. Wakil Presiden Mohammad
Hatta dibuang ke Bangka. Pada saat pasukan Belanda menyerang kota
Yogyakarta, kabinet sempat bersidang di Istana Presiden pada pagi hari
tanggal 19 Desember 1948. Sidang memutuskan bahwa bila terjadi sesuatu
kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran Rakyat yang
sedang berada di Bukittinggi untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI
(PDRI).
0 komentar:
Posting Komentar