Kampungkosong.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.

20/07/12

Sekali Lagi tentang Perbedaan Tanggal Mulai Puasa

Bukan pertama kali umat Islam di Indonesia dan pemerintah berbeda
pendapat dalam penentuan hilal. Baik untuk 1 Ramadan, 1 Syawal atau
Idul Fitri serta 1 Dzulhijjah sebagai acuan idul adha pada tanggal 10
Dzulhijjah. Kondisi ini kerap terjadi karena perbedaan sudut pandang,
penafsiran ataupun metode yang digunakan.

Penentuan awal dan akhir Ramadhan biasanya menggunakan 2 metode, yaitu
RUKYATUL HILAL dan HISAB. Rukyatul Hilal merupakan penampakan secara
fisik bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya
konjungsi di arah barat sesaat sebelum matahari terbenam pada hari
ke-29 menurut kalender Hijriah.

Pengamatan hilal bukanlah hal sepele, Pemerintah menempatkan petugas
di beberapa tempat di Indonesia, serta melibatkan ratusan orang
terlibat dalam kegiatan ini. Namun di sisi lain, pemerintah juga
menetapkan standar yang dikenal dengan Metode "Imkanur Rukyat 2
derajat" yaitu penampakan hilal akan diakui jika secara hisab berada
diatas 2 derajat.

Dengan adanya ketentuan ini, jika ketinggian hilal berdasarkan hisab
dibawah 2 derajat maka hasil rukyat tidak akan diakui atau DITOLAK.
Seperti halnya penentuan 1 Syawal 1432H – tahun 2011. Saat itu di
Cakung 3 orang bersaksi telah melihat hilal di depan KH Maulana Kamal
Yusuf, salah satu ulama besar di Jakarta.

Sayangnya karena berdasarkan hisab ketinggian hilal dibawah 2 derajat,
maka pengamatan dan pengakuan tersebut ditolak oleh Pemerintah. Bahkan
petugas dari Pengadilan Agama Jakarta Timur yang berada di lokasi saat
itu enggan mengambil sumpah mereka serta meninggalkan tempat rukyat,
sehingga akhirnya Kiai Kamal yang mengambil harus sumpah ketiga saksi
tersebut.

***

Untuk tahun 2012, posisi hilal 1433 H masih dibawah 2 derajat. Seperti
pemantauan di Pos Observasi Bulan Bukit Bela-belu Parangkusumo yang
menyatakan tinggi Hilal saat Matahari terbenam 1°40' atau 1,7° di atas
ufuk mar'i kiri-atas Matahari atau dengan kata lain Hilal masih di
bawah 2 derajat.
Sementara, kelompok yang menganut paham hisab juga akan melakukan
perhitungan dengan berbagai metode hisab itu sangat beragam versinya.
Sehingga hasilnya pun bisa berbeda – beda, bisa saja dengan metode
hisab A tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari Jumat, tetapi dengan
metode hisab B jatuh pada hari Kamis atau malah dengan metode hisab C
malah jatuh hari Sabtu.
Segala macam perbedaan dalam penentuan awal bulan baru hijriah
(Ramadan, Syawal atau Dzulhijjah) akan sulit menemukan solusi, selama
tidak ada satu pihak yang diakui bersama dan ditaati. Dalam sejarah
Islam, pihak yang dipatuhi dan diikuti adalah Rasullulah, selanjutnya
para khalifah dan Sultan atau Ulil Amri sebagaimana firman Allah SWT.

"Taatilah Allah dan taatilah Rasul serta para pemimpin diantaramu"
(Q.S An Nisa 59)

Masalah lain muncul saat ini, ketika ada kelompok yang juga berbeda
pendapat tentang sosok Ulil Amri yang harus menjadi panutan. Apakah
Khilafah Islamiyah ? Pemerintah ? atau Arab saudi? yang membuat
penentuan awal bulan Hijriah semakin ruwet.

***

Betapa rumitnya menyatukan perbedaan. Saya tidak ingin
mempertentangkan jatuhnya 1 Ramadan 1433H atau awal pelaksanaan puasa
yang berbeda satu sama lain di Indonesia. Ada yang melakukannya pada
tanggal 20 Juli atau mengikuti Pemerintah pada hari sabtu 21 Juli
2012.... semua pasti memiliki keyakinan dan pemahaman masing – masing
yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Perbedaan adalah Fitrah manusia dan akan terus terjadi. Tetapi apa
yang saya ingin sampaikan adalah, perbedaan tidak boleh menghilangkan
subtansi puasa yang sebenarnya sebagaimana firman Allah SWT :

"Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,
supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (QS.al-Baqarah:183)

Dimulai dengan "Iman" dan diakhiri dengan hadiah "Taqwa", yang menurut
penafsiran sebagian ulama adalah petunjuk kenaikan derajat seseorang.
Mereka yang beriman lalu berpuasa dengan baik, benar, dan sempurna
seharusnya akan menjadi pribadi yang bertaqwa, Jujur, tidak berbuat
tercela – koruptif – hingga merugikan orang banyak.

Sayangnya mungkin sebagian kecil umat Islam di Indonesia tidak
melakukan hal tersebut. Tak heran Meskipun beriman tetap saja korupsi
dan berbagai kejahatan lainnya. Bahkan tidak malu melakukan Korupsi
pengadaan Al Quran. Bisa jadi selama ini mereka berpuasa namun tidak
mendapatkan apa – apa seperti yang disabdakan Rasulullah SAW.

Jadi bukanlah perbedaan tanggal pelaksanaan awal puasa Ramadan yang
sebaiknya menjadi perdebatan, namun bagaimana melaksanakan dan meraih
kebaikanlah yang utama. Karena puasa melatih hal yang mendasar dari
seorang muslimin dan muslimah yaitu "KEJUJURAN". Kalau menjalankan
puasa yang hanya diketahui Tuhan - saja sudah tidak jujur, bagaimana
mau jujur dihadapan masyarakat ???

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 11.54 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

back to top
 
Powered by kampungkosong.blogspot.com