Meskipun sangat menarik sebagai hiburan, kisah-kisah Sufi tidak pernah sekedar dianggap sama dengan fabel, legenda atau folklore. Kisah-kisah ini memiliki wit (ketangkasan pikiran), susunan, dan daya pikat yang sebanding dengan cerita terbaik kebudayan manapun; namun fungsinya sebagai cerita-nasehat Sufi hanya sedikit sekali dikenal dalam dunia modern sehingga tidak ada istilah teknis maupun populer untuk kisah-kisah semacam ini.
Selagi Anda membaca dan mencoba memahami cerita-cerita yang diungkapkan dalam bahasa samar Sang Guru ini, Anda mungkin secara tidak sengaja akan bertemu dengan ajaran hening yang tersembunyi didalamnya. Inilah makna kebijaksanan yang dimaksud, yakni bahwa Anda diubah tanpa usaha untuk berubah sedikit pun, dan ditransformasikan - percaya atau tidak - hanya dengan menyadari kenyatan yang tidak berupa kata-kata.
Jika Anda cukup beruntung dan disadarkan, Anda akan tahu mengapa bahasa yang paling indah adalah bahasa yang tak terucapkan, dan mengapa perubahan yang paling baik adalah perubahan yang tidak disadari.
Hikayat-hikayat Mistis oleh Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi
Inilah sebagian dari karya mistis seorang filosof masyhur yang mencetuskan mazhab baru di bidang filsafat pada zamannya. Di samping karya monumentalnya, Hikmah Al-Isyraq (Filsafat Pencerahan), hikayat-hikayat yang tersaji dalam buku aslinya merupakan bagian penting dari warisan tasawuf. Dengan amat menawan, Syaikh Al-Isyraq --demikian gelar disematkan kepadanya-- mengajak kita mengarungi negeriNakuja Abad (Negeri Antah Berantah) beserta lakon-lakon khayalan untuk mereguk makna simbolisnya. Tak cuma permasalahan gaib digelarnya, tetapi juga pengembaran sejenis science fiction yang membangkitkan imajinasi.
1;. HIKAYAT-HIKAYAT MISTIS
Syaikh Al-Isyraq, Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi
PENERBIT MIZAN
KHAZANAH ILMU-ILMU ISLAM, September 1992
Jln. Yodkali 16, Telp. 700931 (dua saluran)
Bandung 40124
VII. Bahasa Semut
Bab 8: Burung Merak Raja di Bawah Keranjang
(12) Seorang raja mempunyai sebuah taman, yang sepanjang
empat musim selalu ditumbuhi tanam-tanaman yang wangi, hijau
subur dan menyenangkan. Air mengalir berlimpah-limpah
melaluinya, dan segala macam burung bernyanyi dari
dahan-dahan pohon. Setiap hal yang baik dan indah yang dapat
kita bayangkan terdapat di dalam taman itu. Dan di antara
semuanya itu ada sekelompok burung merak yang cantik.
Sekali waktu sang raja mengambil salah seekor burung merak,
dan memerintahkannya agar ia dimasukkan ke dalam kantung
kulit supaya bulu-bulunya tidak dapat dilihat, sehingga ia
tidak dapat mengagumi keindahannya sendiri dengan cara apa
pun. Dia juga memerintahkan agar burung merak itu
ditempatkan di bawah sebuah keranjang yang hanya mempunyai
satu lubang, melalui lubang itu sedikit biji-bijian dapat
dituangkan ke dalamnya untuk makanannya.
Lama waktu berlalu. Burung merak itu lupa pada dirinya
sendiri, sang raja, taman, dan burung-burung merak lainnya.
Ia melihat pada dirinya sendiri. Burung tersebut tidak
melihat apa-apa kecuali kantung kulit yang kotor itu. Ia
mulai menyukai tempat tinggalnya yang gelap dan jelek; ia
percaya di dalam hatinya bahwa tidak mungkin ada tempat yang
lebih besar dari ruangan di dalam keranjang itu, sedemikian
rupa sehingga ia menganggapnya sebagai keyakinan bahwa jika
ada orang menyatakan tentang suatu kehidupan, tempat tinggal
atau kesempurnaan di luar yang ia ketahui, maka ia
menganggapnya sebagai kekafiran mutlak, omong kosong besar
dan kebodohan yang murni.
Sekalipun demikian, setiap kali angin segar berhembus, dan
harumnya bunga-bunga dan pepohonan, violet (= sejenis
tumbuhan yang bunganya berbau harum), melati dan tumbuhan
rempah-rempah sampai ke hidung burung itu, ia merasakan
kesenangan yang mengejutkan melalui lubang itu. Timbul
kekhawatiran di dalam hatinya. Ia merasakan adanya hasrat
untuk pergi dan kerinduan batin, tetapi ia tidak tahu dari
mana kerinduan itu berasal, sebab, kecuali kantung kulit
itu, ia tidak mengetahui apa-apa; selain keranjang itu,
tidak ada dunia lain; selain biji-bijian itu, tidak ada
makanan lain. Ia telah melupakan semuanya. Ketika
sekali-sekali ia mendengar suara burung-burung merak
bernyanyi, dan burung-burung lain berlagu, kerinduan dan
hasratnya timbul; tetapi ia tidak terbangunkan oleh
suara-suara burung-burung itu atau hembusan angin. Pernah ia
bergairah memikirkan sarangnya.
Angin sepoi-sepoi bertiup menyentuhku
dan hampir mengucapkan kata-kata,
'aku adalah kurir untukmu dari kekasihmu.'
(13) Lama sekali ia memikirkan apa sesungguhnya angin yang
harum itu, dan darimanakah bunyi-bunyian yang indah itu
datang.
Wahai kilat yang menyambar,
dari perlindungan siapa engkau muncul?
Tetapi ia tidak sadar-sadar juga, meskipun sepanjang masa
itu kesenangan tetap tinggal di hatinya.
Ah, kalau saja Laila sekali saja
mengirimkan salam karunianya, meskipun
diantara kami terbentang debu dan bebatuan besar.
Salam kegembiraanku akan merupakan jawabnya,
atau akan menjeritlah kepadanya si burung hantu,
burung sakit yang memekik di tengah keremangan
kuburan.
Burung merak itu bodoh, karena ia telah lupa kepada dirinya
dan juga tanah airnya.
... janganlah hendaknya kamu bertingkah seperti
orang yang melupakan Allah, yang mengakibatkan
Allah membuat mereka lupa diri pula. (QS 59:19)
Setiap kali hembusan angin atau suara-suara datang dari
taman, timbul hasrat dalam diri si burung merak tanpa
mengetahui mengapa demikian.
Kedua baris ini adalah karya seorang penyair:
Kilat Ma'arra bergerak di tengah malam, ia
melewati malam di Rama yang melukiskan
kebosanannya.
Ia benar-benar menyedihkan para penunggang,
kuda-kudanya, unta-unta, dan terus bertambah
menyedihkan, hingga ia hampir menyedihkan
pelana-pelana
catatan: baris-baris ini berasal
dari Al-Ma'arri, Siqth al-Zand. hal. 51).
(14) Ia tetap kebingungan selama beberapa waktu, sampai
suatu hari sang raja memerintahkan agar burung itu
dilepaskan dari keranjang dan kantung kulitnya untuk dibawa
menghadapnya.
Peristiwa kebangkitan itu terjadi hanya dengan
satu kali tiupan sangkakala saja. (QS 37:19)
Apakah dia tidak mengetahui, apabila nanti sudah
dibangkitkan segala isi kubur? Dan telah
terungkap segala isi kalbu? Sesungguhnya Tuhan
mereka pada hari itu maha mengetahui
keadaannya. (QS 100:9-11)
Ketika burung keluar dari penutupnya, burung merak itu
melihat dirinya berada di tengah-tengah taman. Ketika
memandang bulu-bulunya sendiri, dan melihat taman beserta
aneka ragam bunganya, atmosfir dunia, kesempatan untuk
berjalan kesana-kemari dan terbang tinggi, serta semua
suara, irama, bentuk dan berbagai benda yang ada, ia berdiri
mendesah seakan-akan tak sadarkan diri (ejakulasi teofanik
'syath' yang terkenal dari Husayn ibn Manshur Al-Hallaj).
Wahai, sungguh aku menyesali kelalaianku dalam
memenuhi kewajiban kepada Allah. (QS 39.56)
Lalu Kami singkapkan tabir yang menutupi
matamu, maka pandanganmu menjadi lepas jelas. (QS
50:22)
Mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
padahal ketika itu kamu melihat orang yang
sedang melepaskan nyawanya itu, sedangkan Kami
lebih dekat lagi kepadanya daripada kamu,
namun kamu tidak melihat? (QS 56:83-85)
Jangan berbuat begitu, kelak kamu akan tahu
akibatnya. Sekali lagi, jangan berbuat begitu,
kelak kamu akan tahu juga akibatnya. (QS
102:3-4)
2. HIKAYAT-HIKAYAT MISTIS
Syaikh Al-Isyraq, Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi
PENERBIT MIZAN
KHAZANAH ILMU-ILMU ISLAM, September 1992
Jln. Yodkali 16, Telp. 700931 (dua saluran)
Bandung 40124
VII. Bahasa Semut
Bab 7: Burung Hoopoe dan Burung Hantu
(11) Suatu kali ketika sedang terbang, burung hoopoe tiba di
lingkungan beberapa burung hantu, lalu mampir di sarang
mereka. Nah, sebagaimana yang dikenal baik oleh masyarakat
Arab, burung hoopoe termasyhur karena ketajaman matanya,
sementara burung-burung hantu itu pada siang hari buta.
Burung hoopoe melewatkan malam itu bersama burung-burung
hantu di dalam sarang mereka, dan mereka menanyainya tentang
segala macam hal. Pada waktu fajar, ketika burung hoopoe
berkemas dan siap untuk pergi, burung-burung hantu itu
berkata, 'Kawanku yang malang! Sungguh aneh, apa yang akan
kamu lakukan ini? Bisakah kita bepergian pada siang hari?'
'Ini mengherankan,' kata si hoopoe, 'Semua pekerjaan
berlangsung pada siang hari.'
'Apakah kamu gila?' burung-burung hantu itu bertanya. 'Pada
siang hari, dengan ketidakjelasan yang disebarkan matahari
atas kegelapan malam, bagaimana kita bisa melihat?'
'Justru sebaliknya,' kata si hoopoe, 'Semua cahaya di dunia
ini tergantung pada cahaya matahari, dan darinyalah segala
sesuatu yang bersinar itu mendapatkan cahayanya.
Sesungguhnya ia dinamakan "mata dari hari," sebab ia
merupakan sumber cahaya.'
Tetapi burung-burung hantu itu mengira dapat mengalahkan
logika si hoopoe dengan menanyakan mengapa tak seorang pun
dapat melihat pada siang hari.
'Janganlah beranggapan bahwa lewat analogi dengan diri
kalian sendiri setiap orang itu seperti kalian. Semua yang
lain dapat melihat pada siang hari. Lihatlah aku. Aku dapat
melihat, aku berada di dunia yang dapat dilihat, dapat
diamati. Ketidakjelasan itu telah hilang, dan aku dapat
mengenali permukaan yang cemerlang dengan jalan
menyingkapkannya tanpa gangguan keragu-raguan.'
Ketika burung-burung hantu itu mendengar ini, mereka menjadi
ribut menjerit-jerit dan, sambil bertengkar satu sama
lainnya, mereka berkata, 'Burung ini berbicara tentang
kemampuan melihat pada siang hari, ketika kita terserang
kebutaan.' Dengan segera mereka menyerang si hoopoe dan
melukainya dengan paruh dan cakar mereka. Mereka mengutuknya
dengan memanggilnya 'si melek-siang-hari;' sebab kebutaan
pada siang hari merupakan kewajaran di kalangan mereka.
'Jika kamu tidak menarik kembali perkataanmu,' mereka
berkata, 'kamu akan dibunuh!'
'Jika aku tidak membuat diriku buta,' pikir si hoopoe,
'mereka akan membunuhku. Karena mereka merasakan kesakitan
terutama pada mata mereka, kebutaan dan kematian akan
terjadi secara serentak.' Dan kemudian, diilhami oleh
pepatah, 'Berbicaralah dengan orang-orang sesuai dengan
tingkat kecerdasan mereka,' dia menutup matanya dan berkata,
'Lihat! Aku menjadi buta seperti kalian.'
Melihat memang demikianlah halnya, mereka berhenti memukul
dan melukai si burung hoopoe, yang menyadari bahwa
mengungkap rahasia Ilahi di kalangan orang-orang yang tidak
percaya sama saja dengan menyebarkan rahasia kekafiran
mereka. Dan karenanya, sampai tiba waktu perpisahan, secara
susah payah dia bertahan dengan berpura-pura buta dan
berkata:
Berkali-kali aku mengatakan bahwa aku akan
menyingkapkan semua rahasia di dunia yang fana
ini.
Tetapi, karena takut akan pedang dan adanya
hasrat untuk menyelamatkan diriku, [aku telah
mengunci] bibirku dengan seribu paku.
Dia mengeluh dalam-dalam dan berkata, 'Dalam diriku ada
banyak pengetahuan; jika aku melepaskannya, aku akan
terbunuh.'
Jika selubung itu diangkat, aku tidak akan
menjadi lebih yakin (catatan: perkataan ini
diyakini berasal dari 'Ali ibn Abi Thalib).
Agar mereka menyembah Allah yang mengungkapkan
segala yang terpendam di langit dan di bumi
serta mengetahui apa-apa yang disembunyikan dan
dinyatakan. (QS 27:25)
Jelaslah, tidak sesuatu pun yang tidak
dari Kami perbendaharaannya. Dan Kami tidak
mengaruniakan semua kebutuhan itu, kecuali dengan
kadar yang serba tertentu. (QS 15:21 )
3. HIKAYAT-HIKAYAT MISTIS
Syaikh Al-Isyraq, Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi
PENERBIT MIZAN
KHAZANAH ILMU-ILMU ISLAM, September 1992
Jln. Yodkali 16, Telp. 700931 (dua saluran)
Bandung 40124
VII. Bahasa Semut
Bab 6: Bunglon dan Kelelawar
(10) Suatu kali pernah timbul pertentangan antara beberapa
ekor kelelawar dan seekor bunglon. Perkelahian antara mereka
sudah sedemikian sengitnya, sehingga pertentangan itu sudah
melampaui batas. Para kelelawar setuju bahwa jika saat
petang menjelang malam telah menyebar melalui ceruk
lingkaran langit, dan matahari telah turun di hadapan
bintang-bintang menuju lingkup terbenamnya matahari, mereka
akan bersama-sama menyerang si bunglon dan, setelah
menjadikannya tawanan mereka, menghukumnya sesuka hati dan
melampiaskan dendam. Ketika saat yang dinantikan tiba,
mereka menyerang dengan tiba-tiba, dan semuanya bersama-sama
menyeret bunglon yang malang dan tak berdaya itu ke dalam
sarang mereka. Dan malam itu mereka memenjarakannya.
Ketika fajar tiba, mereka bertanya-tanya apakah sebaiknya
bunglon itu disiksa saja. Mereka semua setuju bahwa dia
harus dibunuh, tetapi mereka masih merencanakan bagaimana
cara terbaik untuk melaksanakan pembunuhan itu. Akhirnya
mereka memutuskan bahwa siksaan yang paling menyakitkan
adalah dihadapkan pada matahari. Tentu saja, mereka sendiri
tahu bahwa tidak ada siksaan yang lebih menyakitkan, selain
berada dekat dengan matahari; dan, dengan membuat analogi
dengan keadaan mereka sendiri, mereka mengancam supaya dia
memandang matahari. Bunglon itu, sudah pasti, tidak
mengharapkan yang lebih baik lagi. 'Penghukuman' semacam itu
persis seperti yang diinginkannya, sebagaimana dikatakan
oleh Husayn Manshur,
Bunuhlah aku, kawan-kawanku, sebab dengan
terbunuhnya diriku, aku akan hidup. Hidupku ada
dalam kematianku, dan kematianku ada dalam
hidupku. (keterangan: baris-baris ini terdapat
dalam Al-Hallaj, 14.1)
Maka ketika matahari terbit, mereka membawanya keluar dari
rumah mereka yang menyedihkan agar dia tersiksa oleh cahaya
matahari, siksaan yang sesungguhnya merupakan jalan
keselamatan baginya.
Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur
dalam peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak!
Bahkan mereka hidup. Mereka mendapat rizki dan
Tuhannya. (QS 3:169)
Kalau saja para kelelawar itu tahu betapa murah hati
tindakan mereka terhadap bunglon itu, dan betapa mereka
telah berbuat keliru, karena mereka justru memberinya
kesenangan, mereka pasti akan mati sedih. Bu-Sulayman Darani
berkata, "Jika orang-orang yang lalai itu tahu betapa mereka
telah mengabaikan kesenangan orang-orang yang sadar, mereka
pasti akan mati karena kecewa." (dikutip dalam bahasa Persia
'Aththar, Tadzkirah, hal. 282)
Muhammad Rahim Bawa Muhayyaddin adalah Sufi Islam dari Srilanka yang telah membaktikan sebagian masa hidupnya untuk mengajar manusia tentang makna sejati Islam dan jalan kesufian. Meskipun dia sendiri buta huruf, namun kedalaman pemahamannya terhadap Al-Quran dan riwayat-riwayat tradisional Islam telah diakui oleh para ulama Islam di seluruh dunia.
Telah berabad-abad lamanya para guru Sufi mengajar murid-muridnya dengan menggunakan kisah-kisah ini, yang dianggap memiliki kekuatan untuk meningkatkan persepsi yang tidak diketahui oleh manusia biasa. Idries Shah telah menjelajahi tiga benua bertahun-tahun lamanya untuk mengumpulkan dan membandingkan versi lisan kisah-kisah yang mengagumkan ini. Dengan pelbagai cara, banyak diantara kisah ini telah menyusup ke dalam tradisi sastra Barat dan Timur. Bunga rampai ini, yang disampaikan menurut cara Sufi, berisi kisah-kisah yang dipilih dari reporter guru-guru Sufi selama lebih dari seribu tahun terakhir ini.
M. Sobary mungkin belum seorang sufi, namun dialog antara Sobary dan kemapanan hidup beragama menyembulkan sesuatu yang sangat menarik: vitalitas kehidupan yang sudah melampaui batas-batas konvensionalitas agama itu sendiri.
Panduan hidup zuhud yang sangat disukai kaum sufi --dijelaskan oleh Al-Ghazali-- diberi judul Kimia Kebahagiaan. "Ketahuilah, bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main atau sembarangan. Ia diciptakan dengan sebaik-baiknya dan demi suatu tujuan agung. Meskipun bukan merupakan bagian Yang Kekal, ia hidup selamanya; meski jasadnya rapuh dan membumi, ruhnya mulia dan bersifat ketuhanan. Ketika, dalam tempaan hidup zuhud, ia tersucikan dari nafsu jasmaniah, ia mencapai tingkat tertinggi; dan sebaliknya, dari menjadi budak nafsu angkara, ia memiliki sifat-sifat malaikat. Dengan mencapai tingkat ini, ia temukan surganya di dalam perenungan tentang Keindahan Abadi, dan tak lagi pada kenikmatan-kenikmatan badani. Kimia ruhaniah yang menghasilkan perubahan ini dalam dirinya, seperti kimia yang mengubah logam rendah menjadi emas, tak bisa dengan mudah ditemukan."
Penyair Sufi - Si Penyebar Wangi. Attar --yang berarti si penyebar wangi-- adalah nama julukan penyair besar Sufi Faridu'd-Din Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim. Dia lahir di Nisyapur, Persia Barat Laut (tempat kelahiran Umar Khayyam) pada tahun 1120, dan meninggal pada tahun 1230 setelah mencapai usia 110 tahun. Ia gugur ketika pasukan Mongol menyerbu daerahnya. Musyawarah Burung (1184-1187) yang tertulis dalam gaya sajak alegoris ini, melambangkan kehidupan dan ajaran kaum Sufi.
Zen kuno sedemikian segarnya sehingga dirawat dan diingat selalu. Di sini aroma dari kulit, daging, tulang, tetapi bukan sumsumnya --tidak akan pernah ditemukan di dalam bentuk kata-kata. Metoda blak-blakan dari Zen telah menjadikan banyak orang percaya bahwa ajaran ini berakar dari sejumlah sumber sebelum zaman Sang Buddha, 500SM. Permasalahan mengenai pikiran kita, menghubungkan kewaspadan sadar dan bawah sadar, membawa kita ke dalam kehidupan nyata sehari-hari. Beranikah kita membuka pintu diri kita terhadap sumber kehidupan kita ini? Untuk apakah daging dan tulang itu? -- Paul Reps
Buku-buku Pater Anthony de Mello, SJ ditulis dalam konteks keanekaragaman agama untuk membantu para penganut agama-agama yang lain, para agnostik, dan para ateis dalam upaya mereka mencari nilai-nilai rohani; dan buku-buku itu tidak dimaksudkan pengarangnya sebagai pegangan untuk mengajarkan doktrin atau dogma Kristen kepada umat beriman Katolik.
Catatan dari Alam Gaib oleh Abdul-Husain Dastghib
Salah satu pilar keimanan dalam Islam adalah percaya akan adanya hal-hal yang gaib. Kisah-kisah dalam buku ini sedikit banyak memuat catatan-catatan dari alam gaib. Semua itu akan membuat kita tidak berputus asa terhadap apa-apa yang menimpa kita dan selalu menaruh harapan kepada Allah SWT.
Kumpulan syair Chairil Anwar --penyair besar Indonesia-- di zaman awal terbentuknya negara Indonesia.
Lain-lain
Kumpulan cerita pencerah hati dari berbagai pengarang, termasuk Khalil Gibran. Karikatur sejuta arti untuk pencerah hati. Cerita sufi Nasrudin Hoja
|
0 komentar:
Posting Komentar