TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
KIRAB
PUSAKA. Sejumlah keluarga dan abdi dalem Pura Mangkunegaran melakukan
kirab pusaka mengelilingi benteng di Kota Solo, Jawa Tengah, Senin
(06/12/2010). Kirab tersebut diadakan untuk memperingati malam 1 Suro
tahun baru penanggalan jawa atau 1 Muharam 1432 Hijriyah.
Laporan Tribun Jogja
Obed Doni Ardiyanto, Galih Pujo Asmoro dan Ade Rizal
TRIBUNNEWS.COM, SURAKARTA - Tepat pukul 19.32 WIB Senin (6/12), Kirab 1 Sura Mangkunegaran Surakarta dimulai. Ada lima buah pusaka tombak yang diarak dalam kirab tersebut.
Acara diawali dengan permohonan izin cucuk lampah kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX untuk mengarak pusaka keraton. Namun dari lima pusaka yang diarak abdi dalem Pura Mangkunegaran, tak ada satupun yang mengetahui nama-nama pusaka tersebut.
“Yang tahu nama pusaka yang dikeluarkan untuk diarak itu hanya kanjeng gusti dan petugas penjaga kamar pusaka,” tutur Sekretaris Panitia, Mas Ngabehi Heriyanto Waluyo.
Arak-arakan kirab pusaka dimulai dari pintu utama Pura Mangkunegaran. Pasukan pengawal dari TNI dan Polri berada di barisan paling depan, diikuti keluarga Keraton Mangkunegaran yang diiringi barisan yang membawa pusaka dan rombongan abdi dalem. Masyarakat mengikuti kirab di belakang abdi dalem.
Empat tombak yang dibungkus kain berwarna kuning diarak berurutan, sedangkan pusaka terakhir diletakkan dalam loji atau kotak kaca. Setiap pusaka dijaga Pangarsa Pusaka atau pemimpin rombongan pembawa pusaka dan diikuti oleh dua prajurit keraton. Di setiap sisi kiri dan kanan, pusaka tersebut diapit oleh lima pengapit pusaka.
"Jadi ada lima puluh orang prajurit yang bertugas khusus mengapit pusaka keraton,” imbuh Heri.
Limapuluh orang pengapit pusaka itu masih diapit lagi oleh 21 prajurit di setiap sisinya. Pasukan pengapit terluar ini disebut Prajurit Jayawisesa. Masing-masing tombak dibawa sepasang prajurit. Prajurit pembawa pusaka ini tidak memiliki sebutan secara khusus. Kedelapan prajurit pengusung tombak ditunjuk langsung KGPAA Mangkunegara IX beberapa hari sebelum kirab dilaksanakan.
“Mereka itu orang-orang pilihan pilihan kanjeng gusti,” tambah pria yang sehari-hari bekerja sebagai Sekretaris Kabupaten Mondropuro Mangkunegaran. “Kalau empat orang yang membawa tandu itu namanya Reksowarastro,” lanjutnya.
Rombongan tersebut mengitari Pura Mangkunegaran keliling sekitar 1 kilometer. Arah putaran searah jarum jam dan hanya satu kali. Pengikut kirab tidak boleh berbicara atau harus tapa bisu.
Warga yang menyaksikan dan asyik ngobrol, sontak hening saat rombongan kirab lewat dan mengikuti jalannya ritual di belakang rombongan abdi dalem. Ritual selesai pada pukul 20.16 WIB. Rombongan kembali memasuki Pura Mangkunegaran melewati pintu utama. (*)
Obed Doni Ardiyanto, Galih Pujo Asmoro dan Ade Rizal
TRIBUNNEWS.COM, SURAKARTA - Tepat pukul 19.32 WIB Senin (6/12), Kirab 1 Sura Mangkunegaran Surakarta dimulai. Ada lima buah pusaka tombak yang diarak dalam kirab tersebut.
Acara diawali dengan permohonan izin cucuk lampah kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IX untuk mengarak pusaka keraton. Namun dari lima pusaka yang diarak abdi dalem Pura Mangkunegaran, tak ada satupun yang mengetahui nama-nama pusaka tersebut.
“Yang tahu nama pusaka yang dikeluarkan untuk diarak itu hanya kanjeng gusti dan petugas penjaga kamar pusaka,” tutur Sekretaris Panitia, Mas Ngabehi Heriyanto Waluyo.
Arak-arakan kirab pusaka dimulai dari pintu utama Pura Mangkunegaran. Pasukan pengawal dari TNI dan Polri berada di barisan paling depan, diikuti keluarga Keraton Mangkunegaran yang diiringi barisan yang membawa pusaka dan rombongan abdi dalem. Masyarakat mengikuti kirab di belakang abdi dalem.
Empat tombak yang dibungkus kain berwarna kuning diarak berurutan, sedangkan pusaka terakhir diletakkan dalam loji atau kotak kaca. Setiap pusaka dijaga Pangarsa Pusaka atau pemimpin rombongan pembawa pusaka dan diikuti oleh dua prajurit keraton. Di setiap sisi kiri dan kanan, pusaka tersebut diapit oleh lima pengapit pusaka.
"Jadi ada lima puluh orang prajurit yang bertugas khusus mengapit pusaka keraton,” imbuh Heri.
Limapuluh orang pengapit pusaka itu masih diapit lagi oleh 21 prajurit di setiap sisinya. Pasukan pengapit terluar ini disebut Prajurit Jayawisesa. Masing-masing tombak dibawa sepasang prajurit. Prajurit pembawa pusaka ini tidak memiliki sebutan secara khusus. Kedelapan prajurit pengusung tombak ditunjuk langsung KGPAA Mangkunegara IX beberapa hari sebelum kirab dilaksanakan.
“Mereka itu orang-orang pilihan pilihan kanjeng gusti,” tambah pria yang sehari-hari bekerja sebagai Sekretaris Kabupaten Mondropuro Mangkunegaran. “Kalau empat orang yang membawa tandu itu namanya Reksowarastro,” lanjutnya.
Rombongan tersebut mengitari Pura Mangkunegaran keliling sekitar 1 kilometer. Arah putaran searah jarum jam dan hanya satu kali. Pengikut kirab tidak boleh berbicara atau harus tapa bisu.
Warga yang menyaksikan dan asyik ngobrol, sontak hening saat rombongan kirab lewat dan mengikuti jalannya ritual di belakang rombongan abdi dalem. Ritual selesai pada pukul 20.16 WIB. Rombongan kembali memasuki Pura Mangkunegaran melewati pintu utama. (*)
0 komentar:
Posting Komentar