Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Masjid as-Siddiq - 21 Jan 2005
ati`
Allaha wa ati` ar-rasula wa ulil amri minkum.[4:59]Wa rahmatee wasi`at
kulla shayin wa sa-aktubuha lilladheena yattaqoon. Karunia Ku meliputi
seluruh alam. Karunia yang Kuberikan bagi mereka yang bertindak benar.
[7:156]
Dalam firman Nya itu karunia bagi siapa ? bagi yang
bertaqwa. Dan apa hasil dari ketaqwaan ? itaqullah wa yu`allimakumullah.
Jadilah seorang yang alim maka Allah akan mengajarimu. [2:282].
Seluruh
kekayaan dunia adalah sia-sia. Itulah yang mereka cari ; itaqullah wa
yu`allimakumullah. Awliya yang sedang menunggu makrifat. Pengetahuan,
pencerahan. Saat engkau dicerahkan maka engkau mempunyai kebijaksanaan,
jika engkau punya kebijasanaan maka engkau akan menerima pengetahuan
nabi (saw), `ulum al-awaleen wal-akhireen. Nabi akan meneteskannya dari
samudra makrifat. Samudra makrifat tidak berawal dan tidak berakhir;
seperti ombak di tepi laut, terus menerus bergulung sampai ke pantai,
membawa segalanya dari dalam laut dimuntahkan ke pantai.
Makrifat
juga meringkas sari pati dari lautan pengetahuan dan Memuntahkannya
ditempat orang alim berdiri, dia terus memandang pengetahuan itu, dan
karna ombak berasal dari samudra menuju pantai;
seorang waliullah ,
hatinya laksana sebuah samudra yang memompa dari dalam menuju permukaan
hatinya, memuntahkan pengetahuan- pengetahuan tsb, terus tanpa berhenti.
Itulah mengapa hati mereka selalu terhubung dengan sumber utama,
dan getarannya selalu bergerak dan bergerak, dan saat bergerak mampu
menginspirasi hati yang meratap apa yang harus di katakan dan bicarakan.
Ada awliya yang sedang di pantai menerima gelombang
ini. Beberapa
sedang melayarinya dan sebagian lagi bergerak di tengah samudra dan
menerima pengetahuan2 dari dalam. Ada yang menyelam, mengambil sari
patinya menuju permukaan. Mereka yang menyelam lebih kuat daripada yg
berlayar, mereka yang berlayar
mengirimnya ke pantai.
Mereka
yang telah menyelam dan mampu melihat serta mempelajari pengetahuan2
adalah yang mampu memahami dan belajar. Itulah yang terjadi pada
Sayyidina Bayazid al-Bistami, ketika Allah memintanya untuk menjadi
sampah bagi ummatnya. Dan beliau mengarang cerita agar orang-orang
membencinya, menyalahkan dan menuduhnya melakukan bid'ah. Kemudian
melemparinya dengan batu dan melemparnya ke tempat sampah.
Setelah
cerita itu, dan kalianpun mengetahuinya, beliau pergi ke pantai dan
berlayar. Di tengah laut ada badai dan perahupun bergerak ke kanan dan
ke kiri , dan ketika akan tenggelam kapten kapal berkata " Pasti ada
seorang jahat di sini. Badai itu datang tiba2 entah darimana. Pastilah
ada pendosa di perahu ini. Kami akan menulis nama orang2 dan mengambil
salah satu untuk diceburkan ke laut."
Bayazid tertawa, " Mereka
pasti akan melempar seorang yg tak berdosa." Beliaupun berkata," Biarkan
mereka mengorbankan saya," Itulah bagaimana seorang awliya mengorbankan
dirinya. Beliaupun dilemparkan ke laut yang sedang bergelombang, sangat
kuat. Namun karena Bayazid al Bistami berada dalam pelayaran samudra
makrifat , beliaupun lebih besar dari samudra itu.
Beliau membawa
makrifat dalam hatinya. Samudra yang nyata itu tidak ada apa2nya.
Samudra nyata itu bergejolak dan menakutkan Bayazid yang berada di
permukaan. Dari ketakutan serta kebahagiaan
menjadikannya dalam
gerakan, menghasilkan badai, tak ada kebahagiaan dan tak ada ketakutan.
Jangan berpikir bahwa seorang awliya adalah mudah. Itulah samudra di
puncak samudra. Saat Bayazid menceburkan dirinya di samudra luas itu,
samudra air itu, menjadi tidak ada apa2nya di depan seorang wali yang
membawa makrifat, seseorang yang telah mengalami pencerahan. Maka lautan
itupun ditundukkan.
Sayyidina Bayazid menuju kedalam dan berkata, " Ya Rabi ! Engkau
telah
mengujiku dgn membuatku seperti sampah, aku membuat diriku sendiri
menjadi sampah. Engkau telah mengujiku di samudra itu dan akupun masuk
ke samudra itu." Kemudian dia mulai bergerak, lebih cepat dari kecepatan
cahaya, yaitu pada kecepatan hati. Kecepatan hati lebih cepat dari
kecepatan pikiran. Kecepatan pikiran adalah dimana engkau berpikir,
seketika itupun engkaupun berada di sana. Jika seorang wali berpikir
bahwa dia sedang berada di matahari,
sedetik kemudian diapun berada
disana; di Mars, diapun berada di Mars, di Venus, diapun ada di Venus,
di Pluto diapun berada di Pluto. Dengan segera bayangan yang sempurna
dari aslinya akan muncul disana. Itulah kecepatan pikiran.
Maka
bayangkan kecepatan hati itu.Saya tidak diijinkan untuk menjelaskannya
.Kemudian dia bergerak bersama kecepatan hati sampai akhirnya menuju
tempat yang hanya terdengar Huuuuuuuuuuuu, tak ada yg lain. Diam total
kecuali Huuuuuuuuuuu, sebuah suara yang penuh keagungan. Sayyidina
Bayazid al-Bistami, Allah menganugerahkan beliau kekuatan lewat nabi
saw, bahwa jika beliau ingin menghitung jumlah seluruh populasi manusia
saat itu, diapun dapat menghitungnya dlm 5 menit, seluruhnya dgn
kekuatan itu.
Suatu saat Sayyidina abdul Khaliq al-Ghujdawani, salah
satu awliya besar, sedang berjalan dan mendapatkan inspirasi dan beliau
mendengar sebuah suara," Ya Abdul Khaliq, pergilah ke suatu tempat di
hutan. Lewati hutan itu dan teruslah berjalan sampai engkau tidak
menemukan
tumbuhan dan hanya sebuah batu yg besar. Pukullah batu itu ( dgn
peralatanmu ). Segera setelah kau pukul batu itu, maka air akan keluar
lebih deras dari sebuah air terjun ( lebih deras drpd air terjun Niagara
), air yg besar akan keluar dari batu yang kau pukul.
Di setiap
tetes air Aku ciptakan satu malaikat yg akan memujiKu sampai hari
pengadilan kelak. Aku ingin kau memberi malaikat2 itu masing-masing
dengan nama yang berbeda dari malaikat lain dan kau tak boleh mengulang
tiap nama 2 kali. Air itu akan mengalir sampai hari pembalasan kelak.
Dan kamu bertanggung jawab utk memberi masing2 malaikat nama dan tidak
boleh ada yg diulang 2 kali.
Kemudian Aku ingin, seluruh puji2an
dari malaikat ini, harus dibagi- bagikan diantara mereka yang mengikuti
tarekat Naqshbandi." Itulah sebuah hal yg spesial yang diberikan pada
Syaikh Abdul Khaliq seperti yang diberikan pula pada Sayyidina Bayazid.
Grandshaykh
punya sesuatu yg istimewa begitupun maulana syaikh juga punya suatu
keistimewaan, namun tidak ada ijin untuk membicarakan keistimewaan tsb.
Itulah keistimewaan para awliya. Bagaimana beliau
mampu memberi nama malaikat2 tsb tanpa makrifat ?
Pergilah
engkau ke pusat data semua orang, pusat data secara global. Berapa
banyak nama yg mirip satu dgn lainnya ? Seluruhnya 6 milyar, dan
semuanya saling berbagi nama. Adalah mustahil bagi mereka untuk
punya
nama yang berbeda. Bayangkan dari setiap tetes, satu malaikat
diciptakan. Bukan 6 milyar, bukan 100 milyar, bukan 1 triliun, bukan 10
triliyun, bukan 1 qadriliyun ataupun 1 cinqotriliyun. Lalu bagaimana dia
menamai mereka tanpa Allah memberinya kekuatan
melalui Nabi kita.
wataqullah,
wa yuallimakumullah. Jika kamu bertaqwa, kamu akan (mampu. red )
belajar. Itulah Makrifatullah, darinya kamu dapat memberi nama-nama.
Itulah mengapa Syekh Sharafuddin melalui makrifat mampu memaparkan nama2
awliya di zaman Imam Mahdi. Beliau mampu
memaparkan 49 deputi dan 50 khalifah dari Imam Mahdi.
Beliau
menurunkannya pada grandsyaikh dan beliaupun menurunkannya pada syaikh
mawlana dan menyuruh saya untuk menuliskannya. Kami mempunyai hal itu.
Rahmat Ku meliputi segalanya dan kami akan menuliskannya bagi mereka
yang mempunyai kebajikan. Dan mereka yang berada dlm kebenaran, maka
Allah akan mengajarinya. Beri mereka nama-nama. Ambil dari nama2 dalam
kitab suci Alquran. wa la yabis wa la ratbin illa fee kitabin mubeen.
Tak akan kering atau basah kecuali hal itu telah ada di dalam sebuah
kitab yang jelas.
Mari kita kembali pada Sayyidina Bayazid
al-Bistami Maka dia pun pergi, dan cerita tentang Sayyidina Abdul Khaliq
adalah suatu hal yg besar. Berapa banyak puji2an dari seluruh malaikat
ini pada para pengikut rantai emas. Berapa banyak puji2an yg akan kalian
terima, bergembiralah!, engkau telah mengambil bay'at dan engkau
menjadi bagian dari rabitah itu, rantai itu yg menghubungkan orang2
bersama atau seperti manik2 tasbih dalam satu tali ikatan.
Yurbut,
berarti untuk mengikat segalanya. Maka Sayyidina Bayazid berkata," Aku
tak akan datang sampaiaku mencapainya." Maka dgn kecepatan hati, beliau
bergerak sampai beliau mendengar Huuuuuuuu, tak terhingga. Beliau
sanggup menghitung jumlah manusia yang hidup dalam 5 menit. Namun untuk
hal satu ini beliau tak mampu menghitungnya ( pujian & malaikat )
Lalu
beliau mendengar ruh Sayyidina Shah Naqshbandi dan itupun sebelum
beliau ada di dunia ini, sebelum kelahirannya. Dan seluruh ruh2
Naqshbandi hadir dibawah tarbiyya Shah Naqshband dan mereka
melafazkan
Huuuuuuuu dalam satu suara berkelanjutan tanpa bernafas; kemudian
mengambil nafas ke dalam. Kamu hanya bernafas di dalam.
Itu adalah
udaramu ketika masuk, bernafas adalah untuk mengambil oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida. Tidak ada nafas keluar, karna itu adalah
suci dan bersih, tak ada polusi. Amat bersih. Itu hanyalah satu suara
berkelanjutan yang kamu terus keluarkan, tak perlu mengambilnya ke
dalam. Karena engkau telah didandani dan dilempar ke lautan makrifat.
Maka
Sayyidina Bayazid pun ketakutan. Ada suara dalam hatinya " Oh Bayazid
apa yg kamu lakukan dalam daerahku ? " Ketika mendengar ini, beliaupun
menjadi takut dan berbalik kembali. Lalu beliaupun menyadari bahwa ada
sebuah pengetahuan diatas pengetahuannya. Makrifat akan selalu
meningkat. Seperti Nabi (saw) selalu dlm peningkatan, mengambil dan
memberinya pada awliya sehingga mereka juga selalu dalam peningkatan.
Dalam
majelis para awliya, nabi Muhammad (saw), mereka bertemu dengan ruh
an-nabi ( Nabi Muhammad saw secara spiritual ) tiap kamis malam. Dan
dalam pertemuan itu, sayyidina Bayazid berkata," Ya Rasulullah, mengapa
seluruh Naqshbandi, sampai saat ini ( pada masa grandsyaikh Abdullah,
selama berkhalwat di Madinah, beliau bertutur tentang penglihatan tsb.
beliau berkata bahwa beliau selalu duduk di sebelah kanan nabi (saw)
karena beliau adalah syaikh yg masih hidup, dan yang masih hidup selalu
di tingkat yg paling tinggi. )
Abayazid berkata," Ya sayyidi ya
Rasullulah. Saya punya pertanyaan. Mengapa seluruh pengikut Grandsyaikh,
saat mereka melafazkan surah al-Fatiha dalam ihda, mereka menyebut Shah
Bahauddin Naqsband. Jika mereka mau menyebutkan namaku, aku akan
meletakkan mereka pada samudra yang pernah aku lihat sebelumnya. Aku
akan membawanya kemana aku berdiri, di pantai lautan makrifat yang belum
pernah seorangpun menginjakkan kaki di sana."
Lalu sayyidina
grandsyaikh Sharafuddin berbalik dan memberi jawaban setelah datangnya
ijin. Beliau berkata, " Tempat dimana kamu berdiri adalah awal dari
sebuah samudra. Itulah mengapa engkau tak mampu melihat sisi lain dari
samudra dimana Shah Naqshband sedang berdiri. Jika mereka memberimu
Fatiha, maka benar kau akan membawa mereka ke mana engkau berada. Namun
bila diberikan pada Shah Naqshband maka mereka akan mencapai dimana
beliau berada."
Sebagian berlayar, sebagian berenang. Itulah
Makrifat. Semoga Allah merestui kita dengan makrifat dan mendandani kita
dengan makrifat yang barokah dari syaikh kita dan barokah dari nabi
(saw)
Wa min Allah at Tawfiq
29/11/11
menyelam dalam samudra pencerahan
Lainnya dari Dunia Islam
Ditulis Oleh : Unknown Hari: 20.55 Kategori: Dunia Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar