Setiap
orang memiliki identitas diri. Minimal
sebuah
nama diri yang dengan itu ia disebut dan dipanggil.
Apa sesungguhnya identitas diri itu ?
Dalam kehidupan praktis , umumnya
orang mengaitkan identitas diri dengan data administrative belaka semisal nama,
alamat, tempat tanggal lahir, nomor KTP, riwayat pendidikan, pengalaman kerja
dan sebagainya. Setiap orang memang memiliki identitas diri (data diri ) yang
khas
,
yang mustahil dapat di pertukarkan dengan mudah. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, identitas artinya cirri cirri atau keadaan khusus seseorang : JATI
DIRI.
Secara psikologis identitas bukan
sekedar data administerative diri , tapi lebih pada sejumlah pikiran dan
perasaan yang di miliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Ketika seseorang
bisa dengan pasti menjawab pertanyaan
siapa saya : mengenal dan memahami dirinya dengan baik : mengetahui peranannya
dalam kehidupan : memiliki nilai nilai dan pertimbangan hidup yang di yakininya
dengan kuat : dan pikiran serta perasaan tentang dirinya itu telah tersusun dan
stabil, maka sesungguhnya ia telah memiliki identitas diri.
Proses
pembentukan identitas
Para psikolog banyak yang
berpendapat bahwa proses pembentukan identitas diri sudah di mulai jauh sejak
awal kehidupan seseorang. Cara orang tua atau lingkungan memperlakukan
bayi atau anak kecil akan mempengaruhi perasaan
bayi atau anak kecil itu tentang dirinya. Dan bagaimana orang tua atau
lingkungan memperlakukan bayi atau anak kecil juga tergantung bagaimana sikap
anak itu memperlakukan dirinya sendiri. Begitulah identitas diri terbentuk
melalui proses interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Dengan
kata lain identitas seseorang berasal dari pikirannya tentang dirinya sendiri,
dari apa yang dia piker orang lain pikirkan tentang dirinya dan dari apa yang
dia pikir nilai atau norma ideal ( agama ) harapkan dari dirinya. Misalnya, A
seorang muslimah berjilbab. Identitas dirinya berasal dari apa yang A pikirkan
tentang dirinya : Saya muslimah berjilbab yang masih harus belajar berakhlak
mulia ( identitas diri subjektif ), dari apa yang lingkungan harapkan dan
pikirkan tentang dirinya : Anda muslimah berjilbab harus berprilaku baik (
identitas diri objektif ), serta dari tuntutan nilai atau norma ideal ( Agama )
: muslimah berjilbab harus berprilaku sesuai Qur’an dan sunah seperti telah di
contohkan para sahabiyah Rosululloh SAW.
Identitas Muslimah
Seorang
muslimah di tuntut memiliki identitas diri yang sebagai hasil kemampuan menyusun
dan menstabilkan pikiran pikirannya dari tiga sumber identitas diri di atas.
Kokohnya identitas diri dapat di lihat dari munculnya kepribadian yang matang
(dewasa ) dengan ciri ciri sebagai berikut :
Pertama
: pemekaran diri sendiri , yaitu kemampuan untuk menerima sesuatu di luar
dirinya sebagai bagian dari dirinya . ia adalah makhluk social yang bisa
menekan perasaan egois, bisa bertenggang rasa dengan sesame dan sanggup
berempati dengan lingkungan. Ciri lain adalah berkembangnya cita cita , idola,
harapan, dan sebagainya yang menggambarkan wujud ego ( diri sendiri ) secara
ideal di masa depan.
Kedua
: mampu melihat diri secara objektif, ditandai dengan kemampuan menjadikan diri
sendiri sebagai sasaran penilaian ( instropeksi ). Ia bisa menerima kritik dan koreksi dari
orang lain karena ia yakin , kritik itu untuk menyempurnakan jati dirinya.
Ketiga
: memiliki falsafah hidup yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunah. Nilai hidup
ini bukan Cuma asesoris tapi benar benar di wujudkan dalam sikap dan perbuatan
sehari hari. Ia tahu dan paham bagaimana seharusnya menempatkan diri dalam
kehidupan. Sikap sikap hidupnya jelas,
tegas, dan tidak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan, sebab ia
telah memiliki arah hidup yang jelas yaitu kembali pada Alloh SWT dengan
limpahan ridho dan cintaNya. Krisis identitas? Tak ada cerita buat seorang
muslimah.
0 komentar:
Posting Komentar