Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Lailatul Qadar
adalah malam mulia penuh berkah. Kemuliaan malam itu terletak pada
penurunan Alquran dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. Keberkahannya
terletak pada keagungan malamnya karena keberkahan isi Alquran.
Sejak
dulu hingga kini bahkan sampai kiamat nanti, Lailatul Qadar akan tetap
abadi dalam kerahasiaan. Hal tersebut dimaksudkan agar manusia terdorong
bersungguh-sungguh untuk mendapatkan dan menggapainya.
Disamping
agar manusia menghidupkan malam-malam Ramadhan sebanyak mungkin dalam
rangka menjalin hubungan dengan Tuhan. Malam itu adalah malam yang lebih
baik dari pada seribu bulan atau 83 tahun (QS. Al-Qadar: 3) bagi
orang-orang yang beribadah dengan landasan keimanan dan mengharap
pahala serta ridha Allah SWT.
Hadis-hadis yang menjelaskan
mengenai Lailatul Qadar variatif dan banyak. Sebagian tidak memberikan
batasan rinci dan mendorong kita untuk mengusahakannya setiap malam di
bulan Ramadhan; sebagian lain menyebut sepuluh hari terakhir; sebagian
lagi menyebut pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Pandangan
Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir
Ramadhan merupakan pendapat yang rajih (paling kuat). Dari Aisyah RA
bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam
ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan." (HR. Bukhari).
Dalam
hadis lain dari Aisyah RA disebutkan, “Adalah Rasulullah SAW, jika
memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, maka beliau mengencangkan
ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan
keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Keutamaan Lailatul Qadar
terhadap malam-malam lainnya merupakan hal yang alami sebagaimana Allah
melebihkan satu makhluk atas lainnya; melebihkan sebagian laki-laki atas
sebagian wanita; melebihkan Makkah, Madinah dan Al-Qud atas tempat
istimewa lainnya; dan melebihkan sebagian Rasul atas sebagian lainnya.
Keutamaan tersebut merujuk pada keutamaan waktu, tempat, dan pribadi
karena substansi yang diberikan oleh Allah SWT di dalamnya.
Adapun
tanda-tanda turunnya Lailatul Qadar yang direpresentasikan dalam bentuk
indahnya fenomena alam sebagaimana disebutkan oleh sebagian ulama
tampaknya tidak cukup menjadi pegangan. Hal tersebut karena tidak ada
petunjuk syariat yang secara tersurat memberikan penjelasan mengenai
perubahan fenomena alam dimaksud.
Alquran sendiri hanya menyebut
mengenai Lailatul Qadar dalam dua surah: Ad-Dukhan dan Al-Qadar. Di
dalam surah Al-Qadar disebutkan, "Pada malam qadar itu para malaikat dan
Jibril turun dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam
itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al Qadar: 4-5).
Sehingga
tampaknya cukuplah bagi kita memegangi komentar Imam At-Thabari yang
menyatakan, semua fenomena alam yang disebutkan para ulama bersifat
tidak pasti. “Yang pasti, turunnya Lailatul Qadar merupakan sesuatu
yang pasti, namun penurunannya tidak dapat dilihat maupun didengar oleh
panca indra."
Lailatul Qadar merupakan anugerah Tuhan kepada
umat Muhammad agar nilai ibadah mereka sama, bahkan melebihi umat-umat
terdahulu yang dipanjangkan umurnya. Hanya saja caranya, umat Muhammad
harus ekstra sungguh-sungguh dalam mencarinya sebab kadar kemuliaan dan
kadar keberkahan di malam Qadar itu tetap abadi dalam kerahasiaan.
10/08/12
Home > Dunia Islam > Hikmah Lailatul Qadar, Akan Selalu Abadi dalam Kerahasiaan
Lainnya dari Berita, Dunia Islam, Informasi, Misterius
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar